Jumat, 01 Mei 2009

Datu Hamawang

Sekitar 400 tahun yang lalu di Hulu Sungai Selatan ada seorang tokoh bernama Temenggung Raksa Yuda, turunan raja Banjar Pangeran Sukarma, beliau berdiam disebuah desa bernama Hamawang, oleh karena itu beliau juga dikenal sebagai Datu Hamawang atau Datu Bungkul dan beliau juga dikenal sebagai Pangeran Kecil.

Dalam peta Belanda, Hulu Sungai Selatan hanya dikenal satu kota yakni " Hamawang (Amawang Kanan )", dimana Kandangan sendiri tidak tecantum dalam peta Belanda tersebut.

Oleh karena itu Belanda dalam rangka meluaskan kekuasaanya mengirim pasukan melewati sungai Barito dan sungai Negara lalu berlabuh di desa Kalumpang untuk menyerang kampung Hamawang. HAMAWANG jatuh dan diduduki Belanda, kemudian Datu Hamawang berpindah kesebarang sungai Amandit (Amawang Kiri) dan menyerang Belanda secara terus menerus, akhirnya Belanda meneruskan perjalanan dan membangun BENTENG di kota Kandangan (Benteng Hamawang).

Datu Hamawang punya 3 (tiga) orang sudara yakni: Kakak beliau bernama Datu Balimbur bermukim di daerah Barito dan menjadi Kepala Suku Dayak Biaju Hampatung, turunan beliau antara lain Garuntung Manau dan Garuntung Waluh yang dikenal sebagai prajurit-prajurit Pangeran Antasari. Adik beliau adalah Datu Tambunan yang lebih dikenal sebagai Temanggung Antaludin salah seorang Panglima Pangeran Antasari, komandan Benteng Madang (Arah Padang Batung).

Adik beliau lagi adalah seorang perempuan bernama Datu Salayan atau Datu Ibuk dan bernama asli Ratu Komala Sari yang bersuamikan seorang Arab bernama Datu Basuhud. Datu inilah yang meng Islam kan Datu Hamawang, sehingga beliau menjadi penganjur ISLAM di Hulu Sungai Selatan. Datu Hamawang kemudian membangun Mesjid pertama di Hulu Sungai Selatan (KANDANGAN) yaitu Mesjid Quba di kampung HAMAWANG. Mesjid ini dipugar pada tahun 1995 (dimotori Bapak Ir.H.M. Said, Gubernur pada waktu itu) dengan menyisakan 4 (empat) tiang utama yang masih asli yang dikurung dengan beton bertulang dan sebuah DAUH. Sedangkan Masjid ke 2 (dua) di Hulu Sungai Selatan adalah MASJID LUMPANGI.

Salah satu turunan DATU HAMAWANG adalah TEMANGGUNG MATLIMA yang merupakan seorang Panglima PANGERAN ANTASARI dalam perang di HULU BARITO.

DATU HAMAWANG menurunkan turunan yang pada umumnya penduduk KANDANGAN dan sekitarnya meyebar dimana-mana, maka sewajarnyalah anak cucu DATU HAMAWANG memperingati dan me-HAUL DATU kita sambil men-DOA-kan semoga beliau dan turunannya selalu mendapat lindungan ALLAH SWT, Amin Ya Rabbal Alamin. ACARA HAUL DATU HAMAWANG BIASANYA DIRAYAKAN SETIAP BULAN MUHARRAM...




1 komentar:

  1. Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat kandangan, kalimantan selatan seperti datuk panglima hamandit, datu ramanggala di ida manggala sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, legenda datu ayuh/sindayuhan dan datu intingan/bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabo di kalumpang, datu patinggi di telaga langsat,legenda mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari di hamalau, kisah gunung kasiangan di simpur, kisah datu kandangan dan datu kartamina, datu hamawang dan sejarah mesjid quba, tumenggung antaluddin mempertahankan benteng gunung madang, bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di lukloa, datu singakarsa di pandai, datu buasan di hamparaya, sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran, datu balimau dan habib lumpangi, kuburan tumpang talu di parincahan, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan pemberontak ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Basyri dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan.
    Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.

    BalasHapus